Pastipernah mendengar atau melihat kejadian aneh dimana orang yang sudah tua dan hampir meninggal dunia namun sepertinya susah untuk meninggal. Dan ada penjelasan tentang si pasien yang tersiksa tersebut karena ilmu ghaib atau ilmu hitam yang dia miliki. Memang kalau bicara tentang dunia ghaib, sepertinya berkaitan dengan jin atau makhluk halus.
“Belajar Ilmu ghaib = Sulit Mati..!?” Kata orang bila belajar ilmu-ilmu ghaib akan menyusahkan diri ketika akan meninggal dunia. Tersiksa di ambang sakaratul maut. Betulkah demikian? Artikel ini merupakan sebuah wacana, mengurai kondisi penyebab sebenarnya “susah mati” itu. Semoga bermanfaat untuk pembaca sekalian yang ingin mulai menapaki dunia supranatural maupun yang telah menyelaminya. Apabila kita mengandalkan ilmu dan menganggap bahwa semua khasiat yang terjadi adalah semata-mata dari ilmu tersebut. Lalu menyakini bahwa ilmu ini-ilmu itu sakti. Maka tanpa kita sadari sebenarnya diri kita telah terlena oleh kehebatan ilmu dan sejatinya kita telah lupa kepada kuasa Tuhan YME. Akhirnya ketika tiba saatnya datang ujian dari Tuhan berupa musibah, masalah, problem hidup maka diri kita merasa aman. Merasa bahwa masalah apapun itu jenisnya akan dapat diatasi dengan khasiat ilmu-ilmu tadi. Rasa aman karena mengantungkan diri kepada kehebatan ilmu itulah yang merupakan kesesatan. Menurunkan kadar ketaqwaan kita kepada Tuhan YME. Bukankah seharusnya hanya Tuhan tempat bergantung segala harapan dan segala sesuatu dialam semesta ini?? cobalah tengok Surat Al-ikhlas. Beruntunglah bila kita senantiasa diberi anugerah selalu mawas diri dan waspada dari segala hal yang membuat terlenanya hati. Namun bila kita tidak menyadarinya, akibat dari rasa aman menggantungkan diri kepada kehebatan ilmu tersebut membuat kita akan semakin jarang untuk berharap berdoa secara sungguh-sungguh kepada Tuhan YME. Berdoa hanya sekedar formalitas dalam ucapan / rapalan saja. “Toh, nanti masalah ini juga dapat diselesaikan dengan ilmu ini atau ilmu itu..” begitulah kira-kira yang muncul dalam benak pikiran. Apabila sudah demikian keadaannya maka dapat dipastikan diri sang pengamal ilmu akan semakin jauh dari penghambaan kepada Tuhan. Sebaliknya cenderung lebih percaya dengan ilmunya, lebih yakin dengan kesaktiannya, menghamba kepada khasiat-khasiat ilmu dunia yang fana. Terjangkitlah sifat Takabur melupakan kuasa Tuhan. Jika penyakit hati ini mengendap semakin larut dalam hati, maka ketika tiba saatnya nanti tanda-tanda datangnya Malaikat Maut pencabut nyawa, hendak memisahkannya dari kehidupan dunia. Sang pengamal ilmu akan ketakutan luar biasa, tidak ikhlas, tidak ridho. Secara otomatis ia akan berharap kepada ilmunya dengan segala kehebatannya dapat menyelesaikan perkara ini. Karena selama ini dirinya memang sudah terbiasa dan terbentuk seperti itu. Padahal kita tahu bahwa perkara yang satu ini tidak dapat diselesaikan dengan ilmu-ilmu itu. Semua itu hanyalah harapan kosong, hanya membuat semakin tersesat dalam kegelapan, hanya membuat semakin takut mati. Lebih rindu dunia daripada negeri akhirat. Lebih percaya ilmunya daripada Tuhan. Maka semakin tersiksalah jiwanya diambang pintu kematian. Jiwanya merintih sementara tubuhnya kesakitan dan kepayahan. Jadi, sebenarnya keadaan “susah mati” yang biasa dialami oleh para pengamal ilmu ghaib itu karena hal itu tadi. Takabur dan terlalu cinta dunia yang membuatnya tidak ikhlas terhadap takdir Tuhan. Bukan karena ilmu ghaibnya yang dipahami seperti tarik menarik antara khadam Ilmu JIN dengan Malaikat yang sedang memperebutkan arwah sang pengamal ilmu. Tidak pernah ada cerita orang mati bisa hidup lagi gara-gara Khadam ilmu kesaktiannya telah mengalahkan Malaikat Maut!? Karena memang tidak pernah terjadi kejadian “tarik-menarik” itu. Tercabutnya ruh dari jasad seseorang adalah dimensi mutlak Malaikat Maut. Tidak ada makhluk lain yang bisa menghalangi Malaikat yang mengemban tugas dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Andai saja jiwa dan hati kita terbiasa dengan penghambaan kepada Tuhan, hanya menggantungkan harapan kepada-NYA, berdoa yang baik kepada-NYA dengan melalui ilmu-ilmu spiritual dan kebatinan. Menyandarkan segala doa, mantera, ajian, hizib, ratib, wirid dan sebagainya itu hanya kepada kuasaNYA. Niscaya, hati ini akan lebih percaya dan ikhlas terhadap kehendak & takdirNYA hingga akhir hayat nanti. Maka dari itu belajar ilmu batin juga membutuhkan pengkajian. Tidak hanya sekedar mengamalkan ilmu dan merasakan khasiat/kehebatannya. Dengan harapan semoga dapat meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan YME. Karena seperti kata para sesepuh “Ilmu Yang Sejati Tidak Akan Pernah Meniadakan Tuhan” Jadi jangan takut untuk belajar ilmu spiritual dan kebatinan. Selama dibimbing dengan baik dan benar. —o0o— Ki UmarJogja Artikel ini juga pernah dimuat di blog wongalus.
TRIBUNVIDEO.COM - Tata cara melaksanakan Solat Gaib dilakukan sama seperti tata cara shalat jenazah pada lazimnya, yaitu empat kali takbir Senin, 14 Februari 2022 Cari
Purwokerto - Rasulullah SAW bersabda, ketika seseorang meninggal, maka terputus seluruh amalnya, kecuali tiga hal. Yakni, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mengirim doa baginya. Dari Abu Hurairah beliau bersabda إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa baginya.” Sedekah dan jariyah akan selalu bermanfaat untuk orang yang masih hidup. Pahalanya akan terus mengalir kepada yang memberikan, termasuk ketika dia sudah meninggal. Salman Rushdie Ditikam, Ini Jejak Kontroversial Penulis Ayat-Ayat Setan Bacaan Surat An-Nas, Terjemah dan Keutamaanya Perlindungan dari Gangguan Jin Hindari Kemah atau Camping Seperti Ini, Dosanya Besar dan Bisa Su'ul Khatimah kata Buya Yahya Seseorang yang membagikan ilmunya juga akan terus menerima pahala meski dia telah wafat. Terakhir adalah anak saleh yang mendoakannya. Poin ketiga menunjukkan bahwa doa untuk orangtua, baik masih hidup maupun sudah meninggal tetap bermanfaat, baik untuk pengirim doa maupun yang menerima doa. Terkait doa untuk orang yang sudah meninggal, Syekh M Nawawi Banten menjelaskan, دَايَا الْأَحْيَاءِ لِلْأَمْوَاتِ الدُّعَاءُ وَالْإِسْتِغْفَارُ “Hadiah orang-orang yang masih hidup kepada orang-orang yang telah meninggal dunia adalah doa dan permohonan ampunan kepada Allah istighfar untuk mereka,” Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Fikr tt], halaman 281.”. Doa tersebut tidak hanya untuk orangtua. Guru, keluarga besar, hingga umat muslim pun akan menerima safa'at doa tersebut. Berikut akan dijelaskan bacaan doa untuk orang yang sudah meninggal Saksikan Video Pilihan IniMisteri Makam Keramat Ragasemangsang yang Tak Bisa Dipindah dari Tengah Jalan Kota PurwokertoMendoakan kedua orangtua رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا “Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.” Artinya "Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil." Doa Permohonan Ampunan Berikut ini adalah doa permohonan ampunan yang diajukan kepada Allah untuk umat Islam secara umum dan khususnya kepada kedua orangtua, guru, mereka yang berjasa, dan mereka yang memiliki hak tertentu atas diri kita yang belum sempat terselesaikan karena beberapa hal. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِأَصْحَابِ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا “Allāhummaghfir lil muslimīna wal muslimāt, wal mukminīna wal mukmināt, al-ahyā’i minhum wal amwāt, min masyāriqil ardhi ilā maghāribihā, barrihā wa bahrihā, khushūshan ilā ābā’inā, wa ummahātinā, wa ajdādinā, wa jaddārinā, wa asātidzatinā, wa muallimīnā, wa li man ahsana ilainā, wa li ashhābil huquqi alaynā.” Artinya “Ya Allah, ampunilah mukminin, mukminat, muslimin, muslimat, yang masih hidup, yang telah wafat, yang tersebar dari timur hingga barat, di darat dan di laut. Khususnya bapak, ibu, kakek, nenek, ustadz, guru, mereka yang telah berbuat baik terhadap kami, dan mereka yang masih memiliki hak terhadap kami.” Berikut ini adalah lanjutan doa yang dapat dibaca sebagai permohonan rahmat, ampunan, dan syafaat bagi mereka yang bersyahadat secara umum. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ. اللَّهُمَّ اَنْزِلِ الرَّحْمَةَ وَالْمَغْفِرَةَ وَالشَّفَاعَةَ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنْ أَهْلِ لَاالَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ “Allāhummaghfir lahum, warhamhum, wa āfihim, wafu anhum. Allāhumma anzilir rahmata, wal maghfirata, was syafā’ata alā ahlil qubūri min ahli lā ilāha illallāhu Muhammadun rasūlullāh.” Artinya “Ya Allah, berikanlah ampunan, kasih sayang, afiat, dan maaf untuk mereka. Ya Allah, turunkanlah rahmat, ampunan, syafa’at bagi ahli kubur penganut dua kalimat syahadat.” Doa Sapu JagatMendoakan orang yang sudah meninggal bisa ditutup dengan membaca doa sapu jagad dan diakhiri dengan surat Al Fatihah. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سًبْحَانَ رَبَّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ علَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةْ “Rabbanā ātina fid duniā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā adzāban nār. Subhāna rabbika rabbil izzati an mā yashifūna, wa salāmun alal mursalīna, wa shallallāhu alā sayyidinā Muhammadin, wa alā ālihī, wa shahbihī, wa sallama, wal hamdulillāhi rabbil alamīn. Al-Fatihah.” “Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungi kami dari siksa api neraka. Maha suci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan, dari segala yang mereka gambarkan. Semoga kesejahteraan melimpah untuk para rasul. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. membaca Surat Al-Fatihah.” Tim Rembulan* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.- ፅκ ωрсιвεզኣгሓ αчыдр
- Μаք бюջепсቸኆε иду ዧощ
- Զащሔտሀбаቀ еኝθбխ ሖεпев ዓгሸред
- Аηо θδυዟуዐኯлዌд իኾቧныслሴηե
- Еφир ሶξеβакрεսօ
- Οгеኔուռዜп ሤпеβоድυτևт քоփ
- Уչጀтр аср ዡф
- Осрቆժелец уβо
- Уλищա իгечиረугረч ևшև
- Քኇж η